username : password :
Register | Forgot Password ?
Sitemap | FAQ's
Home | About Us | News | Event | Forum | Gallery | Membership | Partners | Contact Us

News

 

Rabu, 12 Maret 2014
INASH Scientific Meeting Ke-8 dan Tips Hipertensi INASH : Kurangi Konsumsi Garam

JAKARTA, KOMPAS - Membatasi asupan garam menjadi tidak lebih dari enan gram per hari atau satu sendok teh garam dapur, dapat mengurangi 5,4 mmHg tekanan darah sistolik (saat otot jantung berkontraksi) dari 2,8 mmHg tekanan darah diastolik (saat otot jantung tidak berkontraksi) pada orang dengan tekanan darah tinggi.

Hal itu dikatakan dokter spesialis jantung dan pembuluh darah yang juga anggota Dewan Penasihat Perhimpunan Hipertensi Indonesia, Arieska Ann Soendrta, dalam konferensi pers "Cegah dan Kontrol Hipertensi agar Terhindar dari Kerusakan Jantung Otah dan Ginjal", Jumat (73), di Jakarta.

Menurut Arieska, salah satu faktor yang berpengaruh menaikkan tekanan darah adalah garam. "Harus ada cara untuk mengurangi asupan garam. Lebih baik makan sayuran rebus dan buah-buahan serta hindari makanan siap saji" katanya.

Dia mengingatkan, sodium tidak hanya berbentuk garam, tetapi juga terdapat dalam kecap dan sambal yang kerap jadi pendampingmakanan serta berbagai makanal siap saji.

Guru Besar Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedolteran Universitas Indonesia Suhardjono menambahkan, pembatasan konsumsi garam dapur dilakukan untuk mencapai target tekanan darah normal, yakni 120/80mmHg.

Untuk orang dengan tekanan darah tinggi (hipertensi) tingkat I, yakni 140/90 mmHg pembatasan konsumsi garam sebanyak satu sendok teh sehari dapat menurunhan tekanan darah menjadi 134,6/87,2 mmHg yang berarti normal tinggi.

Menurut dokter ahli ginjal hipertensi itu mengubah gaya hidup menjadi hal mendasar dalam mengendalikan tekanan darah tinggi. "Selain mengurangi garam, mengurangi konsumsi alkohol, rokok, serta berolahraga cukup bisa mengurangi tekanan darah tinggi," kata Suhardjono.

Sampai saat ini, hipertensi masih menjadi tantangan besar di Indonesia. Data iset kesehatan dasar 2013 menyebutkan, prevalensi hipertensi 26,5 persen dari jumlai penduduk. Suhardjono mengumpamakan, jika ada empat orang berkumpul, satu diantaranya adalah penderita hipertensi.

Gaya hidup

Hipertensi sebenarnya bisa dicegah kalau terdeteksi sejak dini. Selain mengubah gaya hidup, masyaiahat juga perlu dididik untuk tahu status tekanan darahnya.

"Periksakan tekanan daral sekarang juga sebelum muncul keluhan pusing dan lain-lain. Terutama untuk yang berpotensi hipertensi karena warisan genetik dari orangtuanya" kata Suhardjono.

Wakil Ketua I Perhimpunan Hipertensi Indonesia Yuda Turana mengatakan, hipertensi tidak memiliki gejala spesifik karena itu sering terlambat dideteksi. "Gejala yang dianggap gejala hipertensi umumnya merupakan tanda-tanda kerusakan organ, misalnya separuh wajah kesemutan, itu bisa menjadi gejala stroke," kata Yuda.

Sebagaimana diketahui, hipertensi merupakan faktor risiko utama terjadinya kerusakan organ serta menimbulkan komplikasi stroke, penyakit jantung dan gagal ginjal. (A06)


Download Attachment ()

Latest News
Minggu, 24 November 2019
15th Asian-Pacific Congress of Hypertension 2019
15th Asian-Pacific Congress of Hypertension 2019... read more
Jumat, 01 Maret 2019
Hypertension News March 2019
Hypertension News March 2019 Opus 55... read more
Jumat, 22 Februari 2019
2nd Announcement 13th InaSH Meeting 2019
2nd Announcement 13th InaSH Meeting 2019... read more